Makna Fototerapi dan Fotografi dalam Coaching

Ditulis oleh Sinergia Coaching Centre
Diupdate 05/08/2024 - Dibaca menit

an interview with Amelia Hirawan

by : Ina Istiana

Satu bulan yang lalu kami menemukan artikel yang berjudul Menikmati Tiga Waktu Fotografi dalam ”Camera Lucida”, yang mana didalamnya menjelaskan salah satunya tentang tools Punctum. Tools ini kami gunakan sehari-hari dalam coaching sehingga ketika ada orang di luar komunitas kami yang mengulas membuat kami tertarik. 

Singkat cerita, Bu Amelia Hirawan CEO Sinergia Group Indonesia berkesempatan bertemu secara langsung dengan penulis artikel tersebut yang ternyata adalah Rektor sekaligus Dosen jurusan Fotografi dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, beliau adalah Pak Irwandi

Pada kesempatan kali ini, saya berkesempatan untuk mengulik pertemuan Bu Amelia dan Pak Irwandi tentang Fototerapi dan Fotografi yang pada saat itu dilakukan di Yogyakarta, hasil pertemuan itu pula yang membuat Pak Irwandi memuat 1 artikel baru yaitu “Satori dalam Praktik Phototeraphy

sumber: https://www.kompas.id/baca/foto/2024/06/06/satori-dalam-praktik-phototherapy

“Waktu itu saya lagi baca-baca lembar petunjuk di tools punctum, lalu googling lah untuk mencari filosofi tentang punctum itu sendiri dan muncul artikel milik Pak Irwandi. Artikel tersebut membedah filosofi foto menurut Roland Barthes, saya pernah baca buku  Roland Barthes tapi belum dan malah nemu artikel Pak Irwandi”

“Tertariknya lebih ke sama-sama membaca bukunya Barthes, karena Barthes tidak sembarang memotret dan hasilnya bagus, tetapi dia menjepret foto yang bercerita dan memberikan makna (capturing moment), merepresentasikan isi hati.

Pertama kali baca bukunya Barthes, saya melatih diri saya sendiri melalui street fotografi, bisa jalan 2 jam untuk mengamati perilaku orang, sudut pandang

pasar ke pasar. Sebelum memotret biasanya saya diskusi dengan teman saya, kok  perilakunya unik ya (baik hewan atau manusia) lalu kami potret”

sumber: goodreads

“Bagi saya, proses diskusi adalah proses jatuh cinta pada sebuah objek atau titik, itulah yang disebut punctum. Jadi singkatnya saya dan Pak Irwandi bisa terkoneksi karena kecintaan kami terhadap dunia fotografi terutama filosofi dibalik sebuah foto. Waktu saya ke Jogja sekalian saya membuat janji temu dengan Pak Irwandi karena saya jika tertarik sesuatu saya tergerak untuk explore sehingga jika bisa bertemu dengan beliau secara langsung akan lebih menyenangkan. 

“Pak aku salut dengan tulisanmu, yang Anda tulis merepresentasikan yang saya lakukan” itu yang saya lontarkan pertama kali berjumpa”
Di Sinergia Coaching Centre, kami bergerak di bidang fototerapi atau menggunakan foto sebagai media terapeutik, serta melakukan visual coaching dengan media Foto. Bu Amelia Hirawan adalah salah satu fasilitatornya. Selain itu visual tools lainnya juga kami gunakan sebagai media coaching baik area perusahaan maupun personal. Tak heran jika Foto menjadi komponen penting

sumber: pribadi

Foto itu seperti jejak kaki orang, representasi memori, cerminan isi hati, perasaan, potret, cermin, minat seseorang. Kalau motret kita cenderung milih sudut yang kita suka dan apa adanya.

Manfaat foto banyak banget ya, bisa menjadi trigger untuk share tentang masa lalunya, misalnya foto keluarga, masa kecil, foto orang-orang yang bermakna bagi dia (coachee). Jadi pemilihan foto tersebut bisa untuk mengenali coachee secara singkat dan instan. 

Kalau bicara tentang masa depan, saya meminta coachee membuat sebuah foto sehingga akan menghasilkan karya dan sebuah karya kan media utk memberikan apresiasi ke orang, jadi ketika dia punya karya yang otentik itu jadi ruang saya untuk mengapresiasi sehingga menimbulkan kepercayaan diri pada Coachee. Selain itu mereka bisa manifesting hal-hal yang mau dia hadirkan dalam hidupnya, dengan cara mem-visualisasi. Goals akan lebih enak jika bisa dilihat dan tergambar

Foto pada saat digunakan terapi akan membuat coachee melihat dari sudut pandang berbeda, misalnya mereka punya problem inner child, dia bisa flashback dari kumpulan kartu foto wajah (kami gunakan faces tools), selanjutnya foto tersebut akan mentrigger dia untuk mengekspresikan masa lalu yang mungkin bagi dia traumatis dan juga bisa memproyeksikan masa depannya.

Masalah itu terjadi karena biasanya kita hanya melihat dari sudut pandang kita yang mana terbatas hanya 170 derajat, sedangkan yang benar-benar jelas hanya 45 derajat. Ketika kita tidak memahami sesuatu atau ketika kita tidak setuju mungkin… itu karena kita tidak melihat gambaran utuhnya. Seperti cerita The Big Balloon Concept. Udah ngabisin waktu untuk saling yakinin satu sama lain tentang warna balon ini, ternyata ketika mereka bergerak lebih sering, mereka tau warna balon besar yang sesungguhnya (Anda juga bisa pelajari metodologi ini di Hello Points Workshop)

The Big Balloon Concept

Pertemuan kemarin memberikan wacana baru dan refreshment terkait studium, punctum, dan satori. Sebagai Coach sebetulnya tidak perlu mendalami teori fotografi secara detail. Tapi dengan memahami prinsip-prinsip utama dalam fotografi hasil diskusi dengan Pak Irwandi, kita akan mengenali tools (kartu foto) lebih dalam.  Ibarat membuat skripsi, jangan hanya melihat sumbernya dalam daftar pustaka lalu dikutip, tapi telusuri juga referensi dari daftar pustaka itu sampai ke dasarnya. 

So bagi saya pertemuan dengan Pak Irwandi kemarin membuat saya lebih paham konsep foto dalam fotografi seperti apa, lebih paham juga filosofinya sehingga kita akan tau dasar orang berperilaku

Jadi bagi Coach yang ingin belajar lebih dalam tentang Visual Coaching maupun Fototerapi, bisa ikuti kelas-kelas di Sinergia Coaching Centre ya!

Author


Kategori

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}

Stay in the loop and sign up for the Sinergia Coaching Centre newsletter:

Documentation

Social