by Ina Istiana
Jika Anda seorang Coach, ataupun hendak menjadi Coach, maka pastinya Anda sudah memahami konsep “bertanya” yang menjadi skill penting dalam peran tersebut. Bagaimana tidak? Tugas Coach kan sebenarnya hanya mengajukan pertanyaan dan klien (coachee) akan menjawab. Begitu seterusnya hingga klien dapat menemukan jawabannya sendiri.
Tapi, apakah sampai di situ saja? Tentu tidak. Coach harus mampu menjadi guidance atau pengarah yang baik, demi mencapai goals sang klien. Proses coaching akan dikatakan berhasil jika Coach mampu melihat klien secara holistik, yaitu memahami klien sebagai individu yang kompleks dan saling terkait, coach dapat membantu klien mencapai transformasi yang bermakna dan berkelanjutan.
(source: dokumentasi pribadi)
Bagaimana caranya?
Kemarin saya mengikuti sebuah webinar, di mana dalam sesinya dibawakan oleh seorang ahli Phototherapy dari luar negeri. Dia mengenalkan sebuah konsep tentang bagaimana cara kita melihat dan dilihat. Konsep ini berasal dari John Berger, seorang kritikus seni berdarah Inggris. Bukunya yang terkenal “Ways of Seeing” memuat konsep-konsep tentang bagaimana manusia melihat sesuatu. Dalam artikel ini, saya mengajak pembaca semua untuk mengenal sedikit lebih dalam konsep Way of Seeing dari Berger dan bagaimana implikasinya dalam praktek coaching.
Seeing Comes before Word
John Berger berargumen bahwa penglihatan kita membentuk cara kita memahami dunia sebelum kata-kata digunakan untuk mendeskripsikannya. Yang artinya, apa yang kita lihat, bagaimana kita melihat, dan apa yang kita pilih untuk dilihat akan sangat mempengaruhi cara kita berpikir dan berkomunikasi.
Bayangkan seorang anak kecil yang melihat seekor anjing untuk pertama kali. Sebelum anak itu belajar kata “anjing”, ia sudah membentuk pemahaman tentang makhluk itu melalui pengamatannya: bentuk, ukuran, gerakan, suara, dan interaksinya dengan lingkungan. Kata “anjing” kemudian menjadi label untuk konsep yang sudah ada sebelumnya di pikiran anak itu.
(Source: Flickr.com)
Mentor saya juga pernah mengatakan, ketika ia mengajak seseorang untuk observasi foto seorang gadis membawa kamera, dan orang tersebut menyebutkan bahwa latar belakang pada foto tersebut adalah laut. “Anda tidak akan mengatakan itu laut, jika Anda tidak pernah melihat laut sebelumnya”
Konsep seeing before word ini mengajarkan kita untuk memahami bagaimana kita melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda, kita dapat membantu klien melihat pola pikir dan keyakinan yang mungkin menghalangi (mental block), membantu klien memahami bagaimana pengalaman masa lalu dan lingkungan sosial mempengaruhi mereka (collective gaze)
“Ways of Seeing” dalam Coaching
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas metode atau cara praktikal dalam “Ways of Seeing”. Namun justru saya akan memberikan beberapa pertanyaan yang mungkin dapat membantu Anda berefleksi dan kilas balik mengenai proses coaching Anda selama ini. Atau bisa jadi ini adalah latihan pemanasan dari bentuk “Ways of Seeing” itu sendiri.
- Melihat klien melampaui kata-kata
Bagaimana seorang coach dapat “membaca” bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara klien untuk memahami perasaan dan pikiran yang tidak terucapkan?
[Baca juga: VISUAL COACHING: Metode Kreatif dalam Pengembangan Manusia]
- Menganalisa selapis demi selapis diri klien
Bagaimana seorang coach dapat menganalisis layer demi layer pengalaman hidup, budaya, dan nilai-nilai klien yang membentuk pandangan mereka tentang diri sendiri dan dunia?
- Menantang asumsi
Bagaimana seorang coach dapat membahas pentingnya mempertanyakan asumsi-asumsi kita sendiri tentang klien, dan membuka diri terhadap perspektif yang berbeda?
Dengan mengadopsi pendekatan “Ways of Seeing” dan mengajukan pertanyaan yang mendalam, kita berharap klien akan memberikan respons yang jujur dan terbuka. Agar hal ini tercapai, kita perlu menciptakan suasana yang aman dan nyaman (safety net) bagi klien untuk berbagi pikiran dan perasaan mereka. Pertanyaan yang kita ajukan pun harus dirancang untuk merangsang pemikiran mendalam dan mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai perspektif. Selain itu, penggunaan metafora dan analogi dapat membantu klien merasa lebih aman dalam mengeksplorasi diri mereka, cara yang paling mudah untuk menggali klien melalui metafora yakni menggunakan foto sebagai alat coaching.
(source: dokumentasi pribadi)
[Baca juga: Ada Apa sih dengan FOTO?]
Melihat melampaui kata-kata adalah kunci untuk membuka potensi sejati dalam diri klien. Dengan mengasah kemampuan kita untuk mengamati bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara, kita dapat membangun hubungan yang lebih dalam dan membantu klien mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri. Jika kita terus belajar dan berlatih untuk meningkatkan keterampilan ‘melihat’ kita, baik melalui membaca literatur terkait, refleksi diri, maupun praktik coaching yang berkelanjutan, maka kita dapat menjadi coach yang lebih efektif dan menginspirasi perubahan positif dalam hidup klien.
Menarik ya? Jika Anda tertarik untuk eksplorasi metode ini lebih dalam, Anda bisa terkoneksi kami di sini! Karena kami akan ada pelatihan online “Seeing and Being Seen” dengan ahli Phototherapy-nya langsung.
Sumber:
https://www.betterup.com/coaching
Berger John, 1972. Ways of Seeing