by Ina Istiana
“Saya bikin program coaching aja lah tiap bulan, untuk develop tim.” Ucap seorang talent manager atau people development di sebuah company.

sumber: dokumentasi pribadi
Program pengembangan acap kali menjadi tricky, karena lagi-lagi sebagai seorang profesional dalam sebuah organisasi, kita tidak bisa langsung memutuskan program pengembangan apa yang tepat untuk tim kita. Semua akan terjawab ketika kita cakap dalam menggali issue mereka masing-masing, namun akan menjadi repot juga ya kalau timnya banyak, sedangkan waktu kita juga terbatas.
Selain itu, tak jarang program coaching menjadi resisten dari para coachee, entah karena metode yang dipakai kurang tepat, contohnya mereka malas karena coach terkesan kepo dan bertanya-tanya, apalagi yang dicoaching adalah karyawan yang kurang ekspresif dan cenderung tertutup. Nah, dalam kasus tersebut sebagai coach Anda tidak bisa lagi memaksakan proses coaching, bisa jadi Anda perlu bergeser metode lain yaitu mentoring.
Dalam artikel ini, Anda diajak untuk mencari tahu:
1. Apa itu coaching & mentoring?
2. Bagaimana dan kapan proses penerapan coaching & mentoring?
3. Perbedaan singkat coaching & mentoring
Maka, kita akan bahas hal paling dasar dulu yaitu apa itu coaching dan mentoring.
Apa itu Coaching?
Coaching dilakukan untuk membantu individu menetapkan dan mencapai tujuan tertentu, membuat perubahan positif dalam kehidupan pribadi dan/atau profesional mereka, dan mengatasi tantangan. Lalu, apa tugas Coach? Coach bertugas untuk memberikan dukungan, bimbingan, dan dorongan, sering kali melalui proses yang terstruktur dan kolaboratif dengan bantuan coaching framework atau peta coaching.

Buku 7 Empowering Coaching Framework
Proses coaching lebih berpusat pada coachee (klien), dengan cara mengajukan pertanyaan yang kuat (powerful question), dan memberikan penugasan untuk coachee agar dapat bergerak menuju goals yang mereka inginkan.
Belajar 101 Pertanyaan Kunci dan Framework untuk Sukses Coaching
Salah satu elemen penting dalam proses coaching adalah kepercayaan. Apa jadinya jika seorang coachee tidak percaya pada coachnya? Boro-boro dia mau ngerjain challenge untuk mencapai goalsnya, mungkin jawab pertanyaan-pertanyaan saat coaching juga sudah malas.
The Power of Building Relationship
Apa itu Mentoring?
Mentoring secara mudahnya dapat diartikan sebagai seorang yang memiliki pengalaman luas, di mana pengalamannya tersebut dapat digunakan untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran kepada seorang yang kurang berpengalaman atau kurang berpengetahuan.

Sumber: dokumentasi pribadi
Hubungan keduanya disebut mentor dan mentee. Mentoring dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk tempat kerja, akademis, atau pengembangan pribadi. Tujuannya untuk mencapai goals dari Mentee.
Bagaimana dan Kapan Penerapan Coaching dan Mentoring?
Saya memiliki pengalaman di company saya saat ini, tentang bagaimana coaching dan mentoring diterapkan. Kantor saya terbiasa memiliki program pengembangan berupa coaching setiap bulan, programnya sendiri dilakukan secara group.
BACA JUGA: Bagaimana Group Coaching Dapat Meningkatkan Produktivitas Karyawan
Apakah penerapannya selalu mendekati 100% berhasil? Berhasil di sini dalam artian semua karyawan atau tim menerima adanya program tersebut dengan happy, seperti excited saat mendekati jadwal coaching, atau bisa juga antusias dalam mengerjakan PR atau challenge yang sudah diberikan Coach masing-masing. Jawabannya, tidak juga. Nothing is perfect kok, I can say.
Tapi kami cukup senang karena mendapat umpan balik dari seorang karyawan, sebut saja Ferry (nama samaran). Ia mengatakan bahwa Coaching tidak lagi relevan dan efektif- setidaknya untuk dirinya sendiri. Lalu salah satu Coach kami bertanya, mengapa demikian?

Sumber: dokumentasi pribadi
Ternyata Ia memang tidak suka jika diberi pertanyaan terus-menerus, memang sih dari pribadi dia sendiri cenderung cuek, dan hanya bicara seperlunya saja.
So, jika Anda seorang Coach, apakah Anda akan tetap memaksakan proses Coaching Anda?
Karena realitanya, Coachee lebih memilih untuk blocking dan semakin resisten terhadap Coaching, padahal program tersebut juga dirancang perusahaan untuk mewujudkan goals bersama. Lantas, bagaimana solusinya?
Di momen seperti inilah, Anda memiliki kendali terhadap apa yang akan Anda suguhkan ke klien Anda. Anda bisa memasukkan mentoring dalam kasus tersebut. Dari yang saya lihat di lapangan, Ferry tadi memang lebih nyaman dan memilih untuk sharing dua arah, dia memiliki mindset bahwa dia datang ke dalam program pembinaan tersebut dengan harapan issue atau masalah yang Ia bawa akan mendapat solusi. Coaching tidak menjadi relevan karena proses Coaching memang pada dasarnya menekankan proses dari Coachee itu sendiri yakni dengan mencari tau issue-nya sendiri, dan peran Coach adalah sebagai pemantik agar Coachee bisa menemukan solusinya sendiri.
Kapan Coaching bisa dipakai? Coaching bisa dipakai untuk Coachee yang ingin mengembangkan skill tertentu, yang tentunya harus sesuai dengan kamus kompetensi Perusahaan. Lalu bisa dipakai juga untuk mengatur stress dan well-being, serta untuk rencana transisi karir.
Hasil dari Coaching biasanya lebih tangible sehingga Anda dapat melihat proses transformasi apa yang sudah terlihat pada dirinya.
Perbedaan Singkat antara Coaching & Mentoring
Coaching: Fokus ke hal spesifik dan biasanya jangka pendek. Tugas Coach adalah membantu Coachee mengidentifikasi goalsnya, dan mengajak Coachee untuk mencari tahu bagaimana cara mencapainya. Hubungan keduanya berbasis pada kepercayaan satu sama lain.
Coaching juga lebih terstruktur karena menggunakan framework yang sudah disusun sebelumnya agar lebih align dengan goals utama.
Mentoring: Fokus ke keseluruhan career goalsnya. Tugas Mentor adalah untuk memberi dukungan, nasehat, hingga saran kepada Mentee untuk mencapai solusi terbaik. Hubungannya cenderung jangka panjang dan bisa informal untuk membantu pertumbuhan pribadi Mentee.
Berarti seorang Coach bisa juga switching menjadi Mentor juga dong?
Bisa banget! Apalagi jika peran Anda seorang profesional di company juga, mau tidak mau Anda harus memiliki topi yang berbeda. Sebagai atasan di kantor, sebagai coach, dan juga sebagai mentor.
Ingat untuk tetap profesional dan menggunakan “topi” Anda dengan baik, ya. Agar program yang dirancang untuk development tersebut tidak menjadi bias.
Apakah Anda tertarik untuk belajar Coaching dan Mentoring lebih lanjut? Atau justru sudah memiliki program Coaching & Mentoring tapi ingin perspektif lain dari eksternal professional Coach & Mentor, silahkan terkoneksi dengan kami di sini yaa.
Sumber:
https://www.betterup.com/blog/coach-or-mentor-you-need-both